MAKALAH
TEORI
BELAJAR AUSUBEL
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar
Dan Pembelajaran SD
Yang
Dibina Oleh Bapak Drs. Mutrofin M.Pd
Disusun
Oleh :
Kelompok 8
Kelas
C
1.
Muhammad Nur Faiz 150210204035
2.
Vini Yunia Mandasari 150210204060
3.
Elfina Ida Aroda 150210204068
4.
Endang Werdiningsih 150210204142
5.
Ervinna Eka Setiawan 150210204145
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang
berjudul “belajar bermakna Ausubel”
Kami
menyusun makalah ini berdasarkan data-data maupun referensi yang kami peroleh
guna memenuhi tugas dari dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
dan kami selaku penyusun tidak lupa mengucapakan terima kasih kepada:
1.
Bapak Drs. Mutrofin M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar
dan Pembelajaran
2.
Semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami akan menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari seluruh pembaca yang membaca makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.
Jember, 22 Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... I
DAFTAR ISI ...................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah ................................................................................. III
1.2
Rumusan Masalah .......................................................................................... III
1.3
Tujuan ............................................................................................................. III
BAB II PENDAHULUAN
2.1 Teori Belajar David Ausubel ............................................................................ 1
2.2 Belajar
Bermakna .............................................................................................. 1
2.3 Belajar Hafalan ................................................................................................. 2
2.4 Tipe Belajar ....................................................................................................... 2
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Ausubel ....................................................... 3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... IV
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Ausubel menaruh perhatian
besar pada siswa di sekolah, dengan memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan
pada unsur kebermaknaan dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal
learning). Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari informasi verbal,
konsep, kaidah dan prinsip, bila ditinjau bersama-sama. Oleh karena itu belajar
dengan prestasi hafalan saja tidak dianggap sebagai belajar bermakna. Maka,
menurut Ausubel supaya proses belajar siswa menghasilkan sesuatu yang bermakna,
tidak harus siswa menemukan sendiri semuanya.
Pemerolehan informasi merupakan
tujuan pembelajaran yang penting dan dalam hal-hal tertentu dapat mengarahkan
guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Dalam hal ini guru bertanggung
jawab untuk mengorganisasikan dan mempresentasikan apa yang perlu dipelajari
oleh siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah menguasai yang disampaikan
gurunya. Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang
dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta
didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu
sehingga peserta didik itu mampu mengaitkan informasi barunya dengan struktur
kognitif yang dimilikinya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan
ini adalah sebagai berikut :
“Bagaimana Belajar Bermakna Menurut Ausubel ?”
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
Agar kita sebagai pendidik dapat mengetahui
dan memahami kelemahan dan kelebihan teori belajar menurut Ausubel, sehingga
apabila kita mengaplikasikan teori Ausubel dalam kegiatan belajar mengajar
dapat berjalan dengan lancer.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Belajar David Ausubel
David Ausubel
adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Ausebel memberi penekanan pada
belajar bermakna. Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua
dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi
pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi
kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada
struktur kognitif yang telah ada. Meliputi fakta, konsep, dan
generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Pada tingkat
pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa dalam bentuk
belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final ataupun
dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
sebagaian atau seluruh materi yang akan diajarkan.
Dalam tingkat ke
dua siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan yang
telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi siswa
itu dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu tanpa
menghubungkan dengaan pengetahuan yang sudah ada dalam struktur kognitifnya;
dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
2.2 Belajar Bermakna
Bagi Ausebel
belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada
konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Dalam belajar bermakna, informasi baru diasimilasikan pada subsume-subsumer
yang telah ada. Dalam belajar bermakna, informasi baru a, b, c dikaitkan pada
konsep-konsep relevan dalam struktur kognitif (subsume A, B, C).
Menurut Ausubel
dan juga Novak (1977), ada tiga kebaikan dalam dari belajar bermakna, Yaitu:
1)
Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat,
2)
Informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan deferensiasi
dari subsume subsume, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi
belajar yang mirip, Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi
3)
akan mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi
lupa.
2.3 Belajar Hafalan
Bila dalam
struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep konsep
relevan atau subsume-subsumer relevan, informasi baru dipelajari
secara hafalan.
Bila tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan
pengetahuan baru
pada konsep konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif,
akan terjadi
belajar hafalan.
Faktor faktor
utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel ialah struktur
kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang
studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat sifat struktur kognitif
menentukan validitas dan kejelasan arti arti yang timbul saat informasi baru
masuk ke dalam struktur kognitif, demikian pula proses interaksi yang terjadi.
Prasyarat belajar bermakna sebagai berikut:
1)
materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial,
2)
siswa yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar
bermakna, tujuan siswa merupakan factor utama dalam belajar bermakna.
2.4 Tipe Belajar
Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:
1.
Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu
mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang
dipelajarinya atau siswa menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari
kemudian pengetahuan baru itu ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
2.
Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna,
yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan
pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3.
Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna,
materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa
sampai bentuk akhir, kemudia pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan
pengetahuan yang ia miliki.
4.
Belajar menerima (ekspositori) yang tidak
bermakna, yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan
kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudia pengetahuan yang baru itu dihafalkan
tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang ia miliki.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Ausubel
1)
Kelebihan teori belajar Ausubel antara lain :
a)
Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat. Hal
ini disebabkan karena pembelajaran yang bermakna tersebut. Jika kita
mempelajari sesuatu dan dapat mengambil maknanya, sama artinya dengan kita
telah mengetahui konsep dasar dari pelajaran yang diajarkan tersebut. Jadi jika
kita dapat mengingatnya lebih lama.
b)
Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan
sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga
memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang
mirip.
c)
Informasi yang telah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya
masih meninggalkan bekas, sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk
materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.
2)
Kekurangan Teori Belajar Ausubel
Selain memiliki
kelebihan teori ini juga memiliki kekurangan. Ausubel berpendapat bahwa guru
harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang
bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas
belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan
bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk
siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita
banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru
menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor
utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel ialah struktur
kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang
studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat sifat struktur kognitif
menentukan validitas dan kejelasan arti arti yang timbul saat informasi baru
masuk ke dalam struktur kognitif, demikian pula proses interaksi yang terjadi.
Prasyarat belajar bermakna sebagai berikut:
3)
materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial,
4)
siswa yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar
bermakna, tujuan siswa merupakan factor utama dalam belajar bermakna.
·
Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:
5.
Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu
mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang
dipelajarinya atau siswa menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari
kemudian pengetahuan baru itu ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
6.
Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna,
yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan
pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
7.
Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna,
materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa
sampai bentuk akhir, kemudia pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan
pengetahuan yang ia miliki.
8.
Belajar menerima (ekspositori) yang tidak
bermakna, yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan
kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudia pengetahuan yang baru itu dihafalkan
tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang ia miliki.
0 komentar:
Posting Komentar